Assalamualaikum Wr. Wb.
Kemarin, Nanda meminta bantuan saya untuk mencarikan catatan
kaki di novel yang saya punya. Alhasil, saya bongkar isi lemari, saya teliti
novel itu satu persatu.
Setelah mendapat apa yang saya mau, ehm, apa yang Nanda mau maksudnya,
saya pun berniat menutup lemari. Ternyata, Skripshit karya Alitt Susanto
menarik perhatian saya. Iseng-iseng saya baca halaman awal. Kemudian halaman
berikutnya, berikutnya, sampai pada akhirnya saya terhanyut dan tetap
memutuskan untuk membaca. Dan saya menemukan tulisan ini
“Iya, memang bikin skripsi itu buat gue gak semudah
bikin novel atau buku. Dalam menyusun skripsi, kita perlu 75% teori dan 25%
teori pendukung teori sebelumnya. Sedangkan dalam menulis novel, kita hanya
memerlukan 75% imajinasi, 20% logika, dan 5% kopi sachet-an.”
Oke. Kata-katanya sederhana. Tapi
ngejleb. Seperti itulah yang saya alami sekarang. Hanya perlu penggantian
beberapa kata
“Iya, memang bikin KTI itu buat saya gak semudah
bikin postingan di blog. Dalam menyusun KTI, kita perlu 75% teori dan 25% teori
pendukung teori sebelumnya. Sedangkan dalam menulis postingan di blog, kita
hanya memerlukan 50% imajinasi, 25% inspirasi, 20% logika, dan 5% camilan jenis
apa aja.”
NAH ITU BARU SAYA BANGET!
Kembali ke Skripshit, setelah dibaca-baca ulang, ternyata
ini novel yang ruaaawr biasa. Banyak sekali kalimat-kalimat yang bisa kita
copas trus di jadiin status di twitter. Haha, maksudnya, bisa dibuktikan
kebenarannya.
“Di mata gue, gelar ‘Mahasiswa’ itu lebih enak didengar
daripada gelar ‘Sarjana Pengangguran’.
“…dunia kerja kadang nggak butuh orang-orang pandai,
karena di luar sana sudah terlalu banyak orang pandai. Tapi, orang-orang
kreatif selalu punya tempat di lapangan kerja mana pun. Kreativitas adalah mata
uang universal.”
“Walaupun gue pelajari semua secara otodidak, tapi
gue yakin apa pun yang ditekuni pasti akan membuahkan hasil.”
“Daripada gue lulus tepat waktu, mending lulus di
waktu yang tepat.”
“Cinta itu memang sering berawal dari hal-hal
sederhana, tapi rasanya selalu gagal dijelaskan dengan kata-kata.”
“… cinta pada pandangan pertama itu memang nggak
ada. Yang ada itu, cinta pada pandangan
pertama, dan ilfeel pada pandangan berikutnya.”
“So, for you
guys who think life sucks, I bet you’ve never been in love at all. ;)”.
“…. Akhirnya gue sadar bahwa menghapus perasaan itu
susah, tapi yang lebih susah lagi itu menghapus kebiasaan.”
“Kadang, saat kita memandang sesuatu secara sekilas
dan menciptakan persepsi secara sepihak, kita memang nggak bakal tau sepenuhnya
akan hal itu. Sampai saatnya kita benar-benar berinteraksi secara langsung,
sehingga kita benar-benar mengenalnya. Serese-resenya guru kalian, pasti mereka
punya alasan yang baik untuk kalian, kawan. Percayalah.”
“Nggak ada keadaan yang nggak bisa dirubah… yang ada
hanyalah manusia yang nggak mau merubahnya.”
“Bukankah cinta itu indah karena ke-random-annya?”
“Saat
kehidupan semakin meredup dan bahkan mendekati gelap, Tuhan datang untuk
‘menjewer’ telinga gue. Dan semenjak saat itulah gue sadar, Tuhan itu ada.”
“Bisa-bisanya gue melakukan semua kebodohan itu demi
sebuah perhatian. Demi sebuah pembuktian yang seharusnya tidak perlu lagi
dibuktikan…”
“Tidak ada manusia yang lebih malang di dunia ini,
kecuali manusia yang bersahabat dengan kesepian.”
“Gue selalu meyakini ada malaikat di dalam diri
nyokap, sehingga beliau bisa membuat banyak keajaiban buat gue.”
“I
think it’s enough for miracles session. I’d find a way to create my own
miracle.”
“So, your parents are the best parents for you, no
matter how is the way they teach you,
how much you hate them, coz they are chosen by God.’’
“Belajarlah dari masa lalu, karena di sanalah Tuhan
memberikan banyak contekan untuk menghadapi ujian masa depan…”
“Sukses di
mata gue itu adalah bisa memperjuangkan jalan hidup sendiri tanpa mengikuti
permintaan orang lain yang tidak sesuai dengan hati nurani gue. Gue yakin, gue
bisa sukses dengan cara gue sendiri. Bukan cuma sukses dan bisa beli motor.
Tapi sukses menjadi orang yang dilihat orang lain karena gue berguna.”
“Everything
happens for a good reason.”
“Hidup ini bagai skripsi… banyak bab dan revisi yang
harus dilewati. Tapi akan selalu berakhir indah… bagi mereka yang pantang
menyerah.”
Selama punya novel ini, saya kemana sajaaaaaaaaa. Kenapa
baru setelah mengulangnya, saya baru sadar ada banyak sekali kalimat-kalimat
yang membuat saya bereaksi “Iyaya, bener juga.”
Dibalik kelucuan yang ada di novel ini, semuanya mengandung
makna. Di setiap babnya. Terlebih lagi di bab Life is a journey. Ini menggugah kesadaran kita sebagai seorang
anak yang kadang tanpa sadar, berlaku tak sopan, bahkan durhaka terhadap orang tua.
Terima kasih untuk Alitt Susanto, terima kasih juga untuk
Skripshit ini.
Rp. 47.000 saya tak terbuang percuma, dan amazingnya nama
saya juga masuk dibuku itu. Iya, di bagian Tulis nama kamu disini. Haha.
Wassalam.
No comments:
Post a Comment